zakat suci dan mensucikan

Mengenai Saya

Foto saya
Perumnas I , Karawaci, Tangerang , Banten, Indonesia
087786220297 call/wa apikaneh@gmail.com

Rabu, 24 Agustus 2011

OPTIMALKAN 10 TERAKHIR RAMADHAN



Oleh: H. Abd Rauf, Lc, MA (Pengurus Ikatan Dai Indonesia Sulsel)

Pada sepuluh malam terakhir Ramadan, seharusnya umat Islam lebih memperbanyak ibadah.

Sudah menjadi fenomena umum di seluruh masjid di Tanah Air bahwa pada malam-malam awal Ramadan, masjid penuh sesak dengan jemaah salat isya dan tarawih. Jangankan ruang utama masjid, teras dan halamannya pun kadang dipenuhi saf-saf darurat.    

Keadaan sebaliknya terjadi di hari-hari akhir Ramadan. Masjid kembali "biasa-biasa" saja. Kalau di awal-awal Ramadan panitia mesjid kebingungan karena jemaah membeludak, pada akhir Ramadhan, panitia bernapas lega karena masjid "luas" kembali bersamaan dengan mendekatnya Hari Raya Idul Fitri.

Kenyataan tersebut berbeda dengan keadaan di Masjidil Haram, Mekah. Di sana, semakin banyak bilangan puasa, semakin bertambah pula jumlah jemaah salat.

Semakin hampir berakhir pelaksanaan ibadah puasa, semakin antusias orang dalam beribadah dan hadir di masjid. Memang begitulah yang seharusnya. Di antara mereka ada yang datang untuk menunaikan ibadah umrah dan tidak sedikit yang sengaja datang untuk beritikaf di samping "jemaah tetap" Masjidil Haram sendiri.

Nabi SAW dalam hadis yang sahih yang diriwayatkan oleh Aisyah ra, disebutkan bahwa Beliau di sepuluh terakhir Ramadan, semakin menghidupkan malamnya. Membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya.

Artinya, Nabi SAW semakin serius dan memperbanyak ibadahnya. Dia bangunkan keluarganya; istri-istrinya, anak-anaknya, cucu-cucunya, menantunya untuk lebih menyemarakkan malam-malam tersisa dari Ramadhan. Beliau juga mengencangkan ikat pinggangnya, pertanda semakin serius dan giat.

Jika melihat kemuliaan yang terkandung dari hari-hari akhir puasa, maka patutlah  kita lebih bersemangat dalam beribadah. Sebab pada malam-malam terakhir Ramadhan itulah ada malam Lailatul Qadar, malam yang lebih mulia dari seribu bulan, setara dengan 83 tahun lebih.

Pada malam sepuluh terakhir pulalah kita disunnahkan beritikaf, yaitu tinggal di masjid dengan niat beribadah kepada Allah Swt dengan melaksanakan serangkaian ibadah. Memang aneh jika di awal-awal ramadhan masjid pada ramai tetapi di pengujung Ramadan justru yang datang hanya segelintir. Padahal, sebaik-baik nilai amalan itu adalah "khawatimuha" (penutupnya).

Beribadah secara maksimal di akhir-akhir Ramadan bisa jadi merupakan indikasi "Husnul Khaatimah" Ramadan itu sendiri bagi seseorang. Dalam rangka menghindari "budaya panas-panas tai ayam" tersebut, maka yang perlu dilakukan dan diupayakan adalah melakukan optimalisasi amalaiyah Ramadan.

Semakin banyak bilangan puasa, seharusnya membuat kita lebih giat dan bersemangat dalam beribadah. Maka kualitas puasa semakin menjadi baik. Dengan berusaha meningkatkan kualitas ibadah pada akhir Ramadan, kita akan benar-benar sampai pada tujuan, yaitu menjadi orang yang bertakwa. Semoga!


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar